Posting oleh : Redaksi
ReportaseBengkulu.com , JAKARTA – Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bengkulu kembali jadi sorotan. Kali ini, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM PEKAT) turun langsung ke Jakarta dan menggelar aksi di depan kantor Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI), Jumat (9/5).
Mereka datang membawa kegeraman masyarakat daerah yang sudah muak dengan wajah penegakan hukum yang dinilai hanya tegas di baliho, tapi dipaksa dalam tindakan. Aksi damai ini menyuarakan tuntutan keras agar Kejagung segera membersihkan institusinya dari oknum jaksa “nakal” yang diduga kuat bermain dalam perkara-perkara korupsi di Provinsi Bengkulu.
Koordinator aksi, Ishak Burmansyah, dengan nada kecewa menyampaikan bahwa kinerja Kejati Bengkulu sangat bertolak belakang dengan semangat Kejagung yang selama ini dinilai progresif.
“Di pusat, Kejagung berani dan berhasil mengungkap kasus-kasus besar. Tapi di Bengkulu, jaksa-jaksa seperti kehilangan nyali! Korupsi sudah di depan mata, uang negara sudah dikembalikan, tapi pelakunya tetap melenggang,” ujarnya pedas.
Salah satu kasus yang disampaikan PEKAT adalah dugaan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif di Sekretariat DPRD Bengkulu Utara. Sudah ada pengembalian uang negara, tapi penetapan tersangka dari unsur legislatif—bahkan pimpinan DPRD—masih seperti menunggu Ilham.
Lebih dari itu, PEKAT juga membongkar dugaan penggelapan aset negara oleh mantan pimpinan DPRD Bengkulu Utara. Barang-barang milik negara seperti meja makan jati dan fasilitas rumah dinas dibawa pulang tanpa dasar hukum. Ajaibnya, barang-barang itu dikembalikan secara diam-diam, tanpa proses hukum, seolah-olah negara ini milik pribadi.
“Kalau bukan karena pembiaran dan permainan, bagaimana bisa barang negara dicuri lalu dikembalikan diam-diam, tanpa sanksi, tanpa berita acara terbuka, Ini bukan rumah sendiri, ini negara!” tegas Ishak,
LSM PEKAT menduga kuat ada oknum jaksa yang tidak profesional, bahkan terindikasi jadi pelindung para pelaku korupsi. Mereka menuntut Kejagung untuk segera mencopot, memeriksa, dan mengadili jaksa-jaksa yang mempermainkan hukum di Bengkulu.
Aksi yang berlangsung secara tertib ini membawa pesan keras: jika Kejagung diam, rakyat daerah akan bergerak lebih keras. LSM PEKAT berjanji akan terus turun ke jalan jika wajah hukum di Bengkulu tetap dibiarkan rusak.
“Kalau hukum sudah jadi alat dagang, maka kami rakyat kecil hanya bisa berharap pada suara. Dan hari ini, kami bersuara lantang dari depan Kejagung: Tegakkan hukum di Bengkulu, atau rakyat sendiri yang akan menuntut keadilan!” pungkas Ishak.